A. Sejarah
dan Perkembangan
Penetapan hukum penyatuan pendidikan di Turki pada tanggal 3
Maret 1924 memberikan dampak besar terhadap pendidikan Islam di negara
tersebut. Pada awalnya, semua madrasah disatukan di bawah pengawasan
Kementerian Pendidikan.
Lambat laun, pengajaran Islam di madrasah dihapus total.
Bahkan, dakwah Islam secara tradisional pun dilarang. Kondisi ini sangat
memprihatinkan, terutama bagi pendiri Pondok Pesantren Sulaimaniyah, Syekh
Sulaiman Hilmi Tunahan. Ia terus menggaungkan dakwah Islam hingga Sekolah
Sulaimaniyah masih tegar berdiri hingga sekarang. Bahkan, hasil pendidikan dari
institusi tersebut kini dapat dirasakan oleh para pelajar dan mahasiswa
Indonesia.
Syekh Sulaiman bersama sekitar 560 guru lain mengirimkan
telegraf kepada pemerintah. Mereka menyatakan bersedia menanggung beban
keuangan akibat peperangan dengan mengajar gratis di sekolah-sekolah.
Sayangnya, ide tersebut ditolak mentah-mentah oleh Pemerintah Turki ketika itu.
Pengajaran Islam dianggap tindakan melawan hukum penyatuan pendidikan dan
pelakunya dikenai sanksi.
"Banyak ulama yang dihukum mati ketika itu," kata
Pimpinan Pondok Pesantren Sulaimaniyah Yogyakarta, Ustaz Yasir Bagci.
Dakwah Syekh Sulaiman terus berlanjut secara sembunyi-sembunyi.
Di ladang-ladang, ia mengajar para petani dan buruh. Upaya ini akhirnya
diketahui pemerintah. Ia diciduk oleh polisi dan diinterogasi. Syekh Sulaiman
juga menghadapi persidangan dengan berbagai tuduhan, namun tak pernah terbukti
bersalah.
Dakwah Syekh Sulaimaniyah terus berlanjut. Untuk mendapatkan
ilmu agama, murid-muridnya harus menyamar sebagai pekerja tambang hingga
pembuat bata. Dalam kondisi tertentu, ia benar-benar tak dapat duduk berkumpul
dengan murid-muridnya. Pelajaran pun diberikan dalam perjalanan kereta api.
Kini perjuangan Syekh Sulaimaniyah telah berbuah manis. PP
Sulaimaniyah telah berkembang ke berbagai penjuru dunia. cabang-cabang
pesantren ini telah tersebar di puluhan negara.
Di Indonesia, pesantren ini bergerak di bawah Yayasan United
Islamic Cultural Center of Indonesia (UICCI). Organisasi ini secara resmi
bekerja sama dengan Kementerian Agama (Kemenag) RI memberikan pendidikan gratis
untuk mencetak dai-dai dengan pengalaman pendidikan di Indonesia dan Turki
PP Sulaimaniyah telah membuka 21 cabang di berbagai kota di
Indonesia. Mulai dari pelajar SMP, SMA, hingga mahasiswa bisa mengenyam
pendidikan di situ. Ada pula pesantren khusus tahfidz dan tadris. Tahun depan,
Pesantren Sulaimaniyah akan membuka sembilan cabang baru sehingga total 30
cabang akan berdiri di Indonesia.
United
Islamic Cultural Centre of Indonesia (UICCI) atau Yayasan Pusat
Persatuan Kebudayaan Islam di Indonesia pertama kali
berdiri pada tahun 2005, pengelola Pondok Pesantren Sulaimaniyah telah memberikan
dukungan kepada anak-anak Indonesia yang berprestasi dan berkeinginan belajar
di Pondok Pesantren Sulaimaniyah dengan menggunakan metode Turki Otsmani.
Anak-anak tersebut diasuh dengan baik dan mendapatkan
fasilitas makan 3 (tiga) kali sehari, tempat tinggal, kesehatan, perlindungan,
pendidikan Agama Islam, Menghafal Al-Qur`an Al-karim dan pendidikan bahasa
asing yaitu bahasa Turki, bahasa Arab.
Menurut Taceddin yang
merupakan warga Turki asli ini, pondok Pesantren Sulaimaniyah adalah sebuah organisasi yang
bergerak di bidang sosial keagamaan, bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan
bangsa dengan mengutamakan siswa berprestasi baik yang mampu maupun yang kurang
mampu, sehingga mempunyai pola pikir dan keyakinan yang Islami di Era
Globalisasi saat ini.
B. Tujuan
Tujuan utama didirikannya pesantren-pesantren
ini adalah mencetak generasi muda yang berilmu dan bertaqwa sehingga selama
siswa dalam asrama kami mengajarkan ilmu-ilmu agama diantaranya Alqur’an
Al-karim, Fikih, Akhlak, Tauhid sesuai dengan Ahlu Sunnah wal-Jama’ah.
C.
Program- Program Pesantren Sulaimaniyah Turki
Pondok Pesantren Sulaimaniyah mempunyai program
kerja jangka pendek, menengah dan panjang.
1. Program
jangka pendek
- Mendirikan Boarding
School, sebagai asrama para siswa SMP dan SMA agar lebih efektif dalam
pembinaan moral, kepribadian, kebudayaan yang tidak terlepas dari ajaran Islam
sebagai dasar pembentukan sikap dan mental pada generasi yang tangguh di masa
yang akan datang.
- Ikut
mensukseskan program pendidikan wajib belajar melalui :
- Pendataan
siswa berprestasi yang ingin belajar.
- Dukungan
finansial bagi para siswa berprestasi dari keluarga yang kurang mampu
- Pembinaan
pendidikan di luar jam sekolah
- Memberikan
motivasi kepada para siswa untuk dapat mandiri.
2. Program
jangka menengah
- Memperlancar
kegiatan, yayasan berupa melengkapi sarana dan prasarana yang dibutuhkan
- Mengadakan
pertemuan secara periodic dengan orang tua siswa untuk mempererat tali
silaturrahim dan mengetahui permasalahan yang dihadapi siswa
- Dalam
waktu satu tahun murid dapat menghafal Al-Qur`an 30 juz dengan baik.
3. Program
jangka panjang
- Mengusahakan Boarding
School untuk tingkat perguruan tinggi
- Mengusahakan
lapangan kerja bagi alumni berprestasi
- Menyediakan
tenaga para medis untuk menjaga kesehatan
- Mengusahakan
mendirikan cabang Boarding School di seluruh provinsi dan
kabupaten di wilayah RI
D.
Proses Pendidikan Pesantren
Sulaimaniyah Tuki
Beberapa bulan pertama di PP Sulaimaniyah, para
santri akan diajak memperlancar bacaan Alquran. Ini menjadi syarat wajib untuk
menghafal Alquran dengan baik dan benar. Para santri diharapkan dapat menghafal
Alquran dalam setahun.
Tahun kedua, para santri diajari ilmu nahwu dan
shorof sebagai dasar mempelajari bahasa Arab. Mereka juga diajari bahasa Turki
sebagai bekal belajar dan komunikasi dua tahun berikutnya di negara tersebut.
Sistem menghafal di PP Sulaimaniyah menggunakan metode
Utsmani. Para hafiz menghafal Alquran dari halaman paling belakang di tiap juz. Secara
bertahap, mereka menambah hafalan satu halaman dari belakang tiap juz.
Source: Diintisarikan dari berbagai sumber
Tidak ada komentar:
Posting Komentar