M |
omen
kemerdekaan menjadi waktu yang sangat ideal bagi kita untuk menjadi pribadi yang lebih baik
dalam berbagai hal. Khususnya dalam bidang pendidikan, yang notabennya sebagai marwah
masadepan suatu bangsa. Menginjak usia yang ke 75, bangsa ini harus berbenah
diri, dan sekolah (khususnya SMPN 2 Sukra) harus terlibat aktif dalam mengawal
dan mengawali langkah konkrit perubahan dimaksud; penuh harapan penuh tindakan
dalam terwujudnya SMPN 2 Sukra EMAS
(EDUCATED, MASTER, ACTIVE, SUPERB).
Diawal bulan Agustus, penulis mendapati beberapa lulusan yang sedang
asik berdiskusi di kantin sekolah (SMPN 2 Sukra) terkait Pelajaran. Setelah
mencari informasi, kelimanya merupakan lulusan SMPN 2 Sukra yang melanjutkan ke
SMAN 1 Anjatan pada jurusan IPA. Tentu ada rasa bangga melihat semangat belajar
mereka begitu hebat terlebih dalam situasi pandemic seperti saat ini. Namun ada
rasa bersalah dalam diri, Kenapa semangat belajar mereka baru ‘membara’ di SMAN
1 Anjatan, sedang di SMPN 2 Sukra semangat mereka ‘meredup’ bahkan tidak
‘menyala’ sama sekali? Jika diibaratkan sekolah sebuah Motor, dan siswa adalah
Pengendaranya, seberapa cukup ‘bahan bakar’ yang tersedia disekolah sehingga siswa
bisa berkendara dan seberapa bagus ‘suku cadang’ nya sehingga motor bisa melaju
dengan baik?
Akirnya saya menghampiri mereka, dan berdiskusi sambil mereka mengerjakan tugas yang salah satunya yaitu Bahasa Inggris. Singkat cerita, mereka berinisiatif ‘meminta bantuan’ terkait tugas Bahasa Inggris, tanpa pikir panjang, saya menyangggupi. Dirasa belum cukup, mereka pun meminta untuk mengadakan les Bahasa Inggris, saya pun menyanggupi setiap hari Sabtu diadakan les. Hingga tulisan ini dibuat, mereka berlima masih istiqomah untuk belajar, bahkan seringkali berkumpul disekolah (SMPN 2 SUKRA) untuk belajar kelompok sambil menanyakan kepada Guru yang ada (di SMPN 2 Sukra), jika ada ketidkpahaman terkait tugas sekolah mereka.
Harus diakui, tulisan ini terinspirasi dari semangat belajar mereka diatas dan dalam upaya Terwujudnya SMPN 2 SUKRA, EMAS. Harapan yang penuh (Full of Hope) harus pula diimbangi dengan tindakan yang penuh (Full of Act) agar visi mulia tersebut dapat dirasakan oleh semua, tidak berhenti dalam angan.
EDUCATED: Guru harus memfasilitasi kegiatan-kegiatan terkait Moral Building (Membangun Moral) untuk Peserta Didik dilingkungan sekolah. Terlepas profesi guru diluar sekolah, didalam sekolah Guru adalah sosok bermoral tanpa celah. Mereka digugu (dilihat) dan ditiru. Segala tutur, tindak, dan tanduk guru disekolah atau bahkan diluar sekolah, dipantau oleh siswa. Guru sebagai barometer moral siswa. Ketika siswa melakukan hal yang baik, setidaknya itulah cerminan moral seorang guru. (Naudzubillah) jika melakukan hal yang tidak baik, jangan sampai terucap, ‘Pak /Bu gurunya juga begitu’. Satu hal yang tidak bisa ‘Google’ ajarkan kepada peserta didik, yaitu pembelajaran moral. Guru sangat berkompeten mengisi kekurangan ‘Mbah Google’.
MASTER: Guru sosok dengan segudang pemahaman; pemahaman
teori dan praktis. Pemahaman ‘diluar kepala’yang dimiliki guru dirasa wajar
karena hanya dituntut 1, 2 bahkan 3 pelajaran. Dilain sisi, siswa dituntun
untuk memahami puluhan pelajaran yang diajarkan. Pemahaman yang diberikan guru
sebaiknya bersifat tuntunan, bukan tuntutan. Minat dan bakat anak mungkin
berbeda satu dan lainnya, peran guru dibutuhkan dalam mengasah minat dan bakat
mereka. Mungkin anak yang pasif mulutnya, bisa jadi aktif tangannya (karya
tulis, menggambar, melukis, kerajinan tangan, dll), bisa jadi anak yang pasif
tangannya, aktif mulutnya (pidato, puisi, diskusi, dll), ada juga anak yang
mulut dan tangannya pasif, kaki yang aktif (sepakbola, dll).
Harapan guru terhadap peserta didik, sebaiknya berbanding lurus dengan pemahamannya secara menyeluruh pada minat dan bakat masing-masing anak.
ACTIVE: Guru harus aktif membentuk peserta didik yang
aktif. Keterlibatan aktif sosok guru sangat dibutuhkan peserta didik. Ada sejumlah
pengalaman penulis: Sely Oktaviani (sekarang 8A), pada kelas 7 terlihat potensinya
dalam karya tulis. Saya support Sely untuk menulis, menceritakan salah satu
sosok Guru. Bebrapa hari kemudian dia memberikan hasil tulisannya. Dalam karya
tulisnya, Sely menceritakan sosok Bu Diah, yang dia anggap seperti Al Marhumah
Ibunya, yang sudah mensupport untuk belajar dan menjadi anak baik. Sampai Sely
dalam tulisannya menyebut, Jika Ibunya masih hidup, dia akan mencium tangan dan
kakinya karena merasa belum menjadi anak yang baik saat ini. Dan masih
banyak cerita dari bakat siswa SMPN 2 Sukra yang tidak saya tulis satu per
satu.
Ada
pelajaran yang bisa kita ambil dari cerita Sely diatas, bahwa Guru harus
mengisi sosok-sosok yang hilang dalam diri seorang siswa. Sosok Ibu yang lemah
lembut dan penuh support, mampu Sely dapatnya dari sosok Bu Diah. Pesan dan
harapan dari sosok Ibu yang sudah wafat, mampu disampaikan oleh Bu Diah kepada
Sely. Sehingga Sely tetap bersemangat menghidupkan cita-cita Ibuya yang sudah
wafat.
Mungkin
tidak sedikit dari siswa kita yang kehilangan sosok Orangtua, Keluarga, bahkan
Sahabat. Disitulah peran guru dibutuhkan dengan tampil mengisi ‘ruang’ kosong
tersebut.
Keaktifan
sekolah dengan dunia luar pun harus ditindak lanjuti. Sekolah harus menjalin
hubungan ‘mesra’ dengan dunia luar (SD/SMP/SMA sekitar & CSR terkait) untuk
mendukung program-program yang berkaitan dengan proses pembelajaran.
SUPERB: Harapan menjadi HEBAT tidaklah mustahil, jika
masih ada komitmen yang hebat pula dari semua stakeholder. Sekolah yang hebat
yaitu yang mampu melahirkan siswa yang hebat, siswa yang hebat berawal dari
Guru yang hebat dalam mengajar dan mendidik mereka. Kehebatan sebuah sekolah,
tentu dinilai dari program-program yang ditawarkan dan seberapa besar
capaiannya; (Program Guru Kompeten, Program Sosial-Keagamaan, Program
Penghijauan, Program Pengembangan Minat Bakat, Program Sarana Prasarana dll).
Tentu sekolah mempunyai program jangka pendek, menengah, dan panjang. Sudah sejauh mana realisasi/capaiannya. Momentum Kemerdekaan menjadi hal mutlak bagi sekolah untuk bergerak cepat kearah dan tujuan yang lebih baik.
Jika Sekolah Tidak Cepat Berbenah, Makna Kemerdekaan Menjadi Cepat Punah.
*Muh.
Hasbi Assidiqi, S. Pd.I (Guru Bahasa Inggris SMPN 2 Sukra)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar