Cover depan Al-Qur'an (source Google) |
Al-Qur’an
penuh dengan hikmah. Di dalam Al-Qur’an ada kebijaksanaan dan miracle (sesuatu yang luar biasa dan
menakjubkan). Sahabat Nabi SAW bernama Usaid bin Hudhair melihat 2 (dua) gumpal
cahaya turun dari langit, sementara kudanya terus meringkik dan bergerak-gerak.
Ketika hal itu diceritakan kepada Rasulullah SAW, beliau bersabda,”Dua gumpal cahaya itu adalah dua (2)
malaikat yang mendekatimu karena ingin mendengar bacaan Al-Qur’an mu.”
Abdullah bin Mas’ud punya pengalaman lain. Ia membacakan suatu ayat ke telinga
orang gila, yang kemudian langsung sembuh. Rasulullah Saw yang melihat kejadian
itu langsung bertanya,”Ayat apa yang
kaubacakan?”
Abdullah bin Mas’ud membacakan ayat 115 Surat
Al Mukminun yang Artinya: "Apakah kamu
mengira Kami menciptakan kamu secara main-main, dan kamu tidak akan di kembalikan
kepada kami?
Rasulullah Saw bersabda,”Jika ayat itu dibacakan kepada sebuah bukit
dengan Himmah (konsentrasi yang kuat), niscaya bukit itu bisa berpindah.”Al-Qur’an
memang berfungsi sebagai obat, baik bagi jika maupun fisik.
Al-Qur’an
itu mulia dan orang yang mendekatinya menjadi mulia. Orang yang selalu membaca Al-Qur’an
, belajar untuk memahami, menghapal dan mengamalkannya, maka hidupnya menjadi
mulia. Mulia bisa berarti dihormati dan tidak direndahkan orang. Mulia juga di
hadapan malaikat. Rumah yang selalu dibacakan Al-Qur’an terlihat oleh Al-Qur’an
bercahaya. Adapun rumah yang tidak dibacakan
Al-Qur’an di dalamnya, maka terlihat gelap oleh malaikat. Semakin sering kita
membaca Al-Qur’an didalam rumah, maka cahaya rumah tersebut menjadi semakin
benderang dalam pandangan para malaikat. Menakjubkan.
Suatu
ketika di Mekah di berlakukan peraturan untuk kuburan yang sudah mencapai batas
wakt tertentu, dan diantaranya makan Syekh Nawawi Banten yang karyanya banyak
dikaji di pesantren. ketika makam Syekh Nawawi digali ternyata jasadnya masih
utuh dan kondisinya tetap seperti ketika pertama kali dimakamkan. Padahal udara
disana sangat panas, mestinya mayat cepat hancur. Makamnya pun akirnya tidak diganggu.
Jasad
Sayid Ali Al- ‘Uraidy, seorang ulama besar yang menurunkan banyak habib yang
kemudian hijrah dan bermukim di Indonesia, ketika digali kuburannya juga masih
tetapi utuh. Begitu juga dengan tubuh
Syekh Ibnu Hajar AL-Haitami, ahli fiqh
abad pertengahan dan tubuh sayid Amin al-kutbi, ulama besar ahli tasawuf, guru
besar di Haramain (Mekah-Madinah)
sekitar Tahun 1945.
Al-Qur'an dan Tasbih (source Google) |
Kiyai umar, murid kiyai Moenawir, setelah empat (4) tahun meninggal dunia mendatangi kemenakannya melalui mimpi. Kiyai Umar yang hafal Al-Qur’an meminta agar kemenakannya memperbaiki selimutnya. Usai shalat subuh, kemenakannya yang bernama kyai Rozaq segera berziarah ke makam pamannya, kiyai umar. Ternyata sebagian makam tersebut amblas karena terguyur air hujan, dan kain kafanya terkoyak. Artinya, almarhum masih berkomunikasi, dan kain kafannya belum hancur, hanya terkoyak.
KH
muntaha, pengasuh pondok pesantren Asy-‘ariyah, Kalibeber, Wonosobo dalam
kudeta G 30S/PKI termasuk salah seorang yang akan diculik. Namun anehnya,
ketika para pencuik menyatroni rumahnya di komplek pesantren, KH MUntaha tidak
ditemukan. Padahal, ketika itu beliau tengah duduk diruang tamu sambil
memperhatikan para penculik yang menggeledah rumahnya. Karomah tersebut
diberikan oleh Allah kepada para kiyai penghafal Al-Qur’an, karena mereka
selalu istiqomah men- daras Al-Qur’an
dalam berbagai aktifitas, seperti jalan-jalan duduk, menemui tau, dan lainnya.
Orang-orang
ayng akrab dengan Al-Qur’an diberi keamanan oleh Allah bukan hanya pada saat
hidup, saat tubuh dan ruhnya masih menyatu, namun juga saat sudah meninggal
dunia. Para penghafal Al-Qur’an tubuhnya tidak disentuh mulut cacing tanah,
belatung, kalajengking, semut, dan lainnya. Bahkan, ada juga yang saat digali
tubuhnya bukan hanya masih utuh, namun dalam posisi sujud kepada Allah. Allah
memperlihatkan kekuasaan-Nya.
Al-Qur’an
ini menakjubkan. Seorang perawi hadits
yang tuli tidak bisa mendengar apa-apa, tetapi ia dapat mendengar orang yang
membaca Al-Qur’an dengan sangat jelas. Salah seorang ustadz ketika habis
kontrakan melihat salah satu villa di Bandung ada sebuah rumah yang ditandai
mau dijual. Ia menanyakan harganya. Pemilih rumah itu menjawab:”165 Juta
rupiah, tetapi kalau ustadz berminat silahkan 80 juta”. Ustadz ini setuju, ia
mendapat pinjaman dari orang tuanya untuk DP (down Payment). Kekurangannya, Ia juga masih bingung darimana uang
untuk membayarnya? Ia tetap bekerja dan tetap riyadhah. Ia bertekad akan menghatamkan Al-Qur’an setiap minggu
sekali selama tiga (3) bulan. Biar do’a mustajab dan ces pleng. Setelah ia
mengkhatamkan Al-Qur’an sebnayak 4 kali, Alhamdulillah,
diberi kemudahan oleh Allah sehingga dapat melunasinya.
Hadirin yang berbahagia
Untuk
akrab dengan Al-Qur’an, setidaknya bacalah selalu Al-Quran. Bacalah dengan
adab. Belajarlah dengan Imam malik yang ketika akan membaca hadits Rasulullah Saw, menyisir
rambutnya terlebih dahulu, mengenakan baju yang rapih dan dilengkapi dengan
olesan minyak wangi, setelah itu duduk dengan sopan dan mulai memulai membaca
hadits nabi Saw. Adapun adab dalam membaca Al-Qur’an ialah sebagai berikut:
1. Hendaklah
berwudhu untuk membersihkan lahir dan batin. Dengan berwudhu, maka dosa-dosa
kecil akan berguguran dari mata, telinga, tangan, kaki, mulut, dan sebagainya.
Disamping tentu saja, ada kesegaran karena setuhan air kedalam kulit dan ada kesejukan
dan fresh
2. Tempat
duduk yang bersih dan suci, seperti masjid. Mulut juga hendaknya bersih.
Diutamakan gigi disikat terlebih dahulu biar terasa enak dan bersih
3. Menghadap
kiblat
4. Ta’awudz
atau meminta pertolongan dari Allah dai godaan syetan yang terkutuk. Syetan
pandai sekali menggoda manusia, termasuk memalingkan niat baik kita kea rah
yang salah. Syetan dapat mengipas-ngipasi kita agar berbuat riya dengan bacaan Al-Qur’an kita,
sehingga tidak dapat mendapatkan pahala dan ridha
Allah. Syetan tidak dapat kita lawan sendirian, sebab ia tidak terlihat oleh kita,
sementara kita dapat terlihat olehnya. Pekerjaan kita banyak, sementara
pekerjaan syetan ialah satu menggoda kita agar jauh dari Allah. Kita tidak akan
dapat selamat dari tipu daya syetan, kecuali jika Allah memberikan
perlindungan-Nya kepada kita
5. Membaca
dengan tartil, yakni tenang,
perlahan, tidak tergesa-gesa dan sesuai dengan ilmu tajwid
6. Memahami
dan manghayati bacaan dengan melakukan apa yang dikehendaki oleh ayat yang
dibaca. Misalnya, saat membaca ayat tasbih,
kita bertasbih. Membaca do’a dan istigfar, kita berdoa dan meminta ampun.
Membaca ayat yang memceritakan siksa neraka, kita meminta perlindungan denga
membaca “audzu billahi min Dzalik
(aku memohon perlindungan dari hal itu). Membaca ayat yang menceritakan surga,
maka berdoa Allahummarzuqna (Ya
Allah, karuniakanlah kepadaku), dll
7. Membaca
nada dan suara yang merdu. Diutamakan membaca Al-Qur’an di akhir malam atau
saat fajar, dan senantiasa diiringi do’a kepada Allah agar dikaruniai pemahaman
atasnya
8. Tidak
menghentikan bacaan hanya karena hendak makan atau berbincang-bincang. Hentikan
bacaan di tempat yang telah ditentukan. Dan lebih baik bila diakiri dengan
do’a.
Bacalah
Al-Qur’an sampai khatam. Bila sudah khatam, bacalah mulai dari awal lagi sampai
khatam lagi dan terus berulang-ulang. Karena orang yang khatam Al-Qur’an do’a
mustajab dan diamini 4000 malaikat. Sa’ad bin Abi Waqqas yang bidikan panahnya selalu
tepat dan do’a nya selalu mustajab berkat do’a Nabi Saw kepadanya, berkata:”Siapa yang khatam Al-Qur’an pada waktu siang
hari, maka malaikat mendo’akannya sampai sore hari. dan barang siap yang khatam
Al-Qur’an pada waktu malam, maka malaikat mendo’akannya sampai pagi.” Nabi
Saw juga menegaskan, “siapa yang embaca Al-Qur’an
samai khatam, maka ia mempunyai do’a mustajab, baik langsung maupun yang
ditangguhkan.” Menakjubkan. Karomah apakah yang lebih mustajab dari do’a
yang mustajab? Dengan do’a mustajab, seseoarang dapat melakukan keajaiban keajaiban
yang tidal dapat dijangkau dengan akal. Itulah pertolongan Allah yang melakukan
apa yang dikehendaki-Nya.
Hadirin yang dirahmati oleh Allah
Adaun
hal-hal yang perlu kita perhatikan saat khatam Al-Qur’an ialah:
1. Sunah
berpuasa pada hari khataman berdasarkan Ibnu Abi Dawud
2. Mengundang
keluarga, kerabat, teman dan tetangga untuk menyaksikan khataman. Hal ini
dicontohkan oleh sahabat Anas bin Malik. Tokoh tabi’in, Mujahid menceritakan,
para sahabat berkumpul untuk khatam Al-Qur’an. Bila disertai dengan menyediakan
hidangan tentu baik sebagai ungkapan syukur kepada Allah SWT, di samping demi
menghormati tamu yang datang memberikan do’a restu
3.
Bertakbir sejak Surat Adh-Dhuha hingga
surat terakir. Hal ini merupakan tradisi orang-orang Mekah dahulu. Hadits tentang ini diriwayatkan oelh
Al-Baihaqi dan Ibnu Khuzaimah menceritakan dari jalur Ibnu Abi Bazzah. Kata
Ibnu Abi Bazzah, “Aku mendengar dari
Ikrimah bin Sulaiman berkata,”Aku membaca Al-Qur’an pada Ismail bin Abdullah
al-Makki berkata kepadaku,”Bertakbirlah sehingga tamat. Sesungguhnya aku
membaca Al-Qur’an pada Abdullah bin katsir dan memerintahanku bertakbir hingga
tamat.”Abdullah bin Katsir berkata,”aku
membaca di depan Mujahid. Dia juga memerintahkan hal itu.”Mujahid menceritakan
bahwa dirinya membaca di depaan Abdullah
bin Abbas dan Abdullah bin Abbas memerintahkan hal yang sama. Abdullah bin Abbas juga menceritakan bahwa
dirinya membaca Al-Qur’an di depan sahabat Ubai bin Ka’ab dan Ubai bin Ka’ab
memerintahkan dirinya bertakbir ketika sampai pada surat Adh- Dhuha hingga
surat terakir. Hadits ini juga diriwayatkan oleh al- Hakim. “Jika engkai tidak bertakbir, maka engkau
telah kehilangan satu sunnah dari sunnah-sunnah Nabimu,” Demikian komentar
Muhammad bin Idris Asy- Syafi’i. Bagaimana bentuk kalimat takbirnya, As-Syutuhi
menyebutkan bahwa bentuk kalimat takbir yang dibuat menyela-nyela anatar surat
ialah Allahu akbar la ilah illa Allah wa
Alahu akbar. Tradisi yang berlaku umum kini ialah mengumpulkan dua (2) kalimat
itu, yaitu Allahu akbar la ilaha illa
Allah wa Allahu akbar
4. Mengulang
surat Al- Ikhlas yang berintikan tauhid sebnyak tiga (3) kali. Dimaksudkan
untuk menambal catat atau kekeliruan yang dilakukan selama membaca Al-Qur’an
5. Berkelanjutan,
Rasulullah bersabda, yang artinya:”Sebaik-baik
amal menurut Allah ialah amal yang begitu selesai (sampai pada tujuan) segera
berangkat lagi, yaitu orang yang bergerak dari awal Al-Qur’an hingga selesai,
dan setiap kali selesai dia memulai lagi.” (HR. Tirmidzi).
Ad-Darimi meriwayatkan dari
Abdullah bin Abbas dari Ubai bin ka’ab ra, sesungguhnya Nabi Saw bila usai
membaca Qul ‘audzu birabbin naas (surat An-Nas) beliau menyusuli dengan membaca
al-Hamdu (surat al-Fatihah), disusul kemudian dengan membaca surat Al-Baqarah
hingga Ulaika hum al-muflihun (Surat
Al- Baqarah ayat 5). Setelah itu beliau membaca do’a khatam Al-Qur’an dan
selesai.
6. Berdo’a.
nabi SAW bersabda, yang artinya:”Barang
siapa yang telah khatam membaca Al-Qur’an, maka dia memiliki do’a yang
mujarab/mustajab.” (HR. Thabrani).
Di hadits lain juga disebutkan:”Pada saat khatam Al-Qur’an diyakini banyak
rahmat diturunkan.” (Mujahid). Mengenai do’a apa yang dibaca setelah selesai
atau khatam membaca Al-Qur’an tidak didapat pasti nash yang menerangkannya.
Atas dasar itu berarti boleh berdo’a dengan do’a apa saja yang abik, agar
dipenuhi hajat dunaiawi dan ukhrawi.
Hadirin yang dirahmati Allah
Demikian
mudah-mudahan kita dapat akrab dengan Al-Qur’an, baik dengan menghapalkan
maupun minimal merutinkan membacanya sampai khatam, baik seminggu sekali,
sebulan sekali, dua bulan sekali, atau kurang dari itu, sehingga mendapatkan do’a
mustajab dan diberi pertolongan oleh
Allah SWT, amien. Wa Allahu a’lam bi Ash-Shawab
(diambil dari buku 'khutbah Jum'at Pesantren, Kementerian Agama RI)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar